7.4.08

Bahaya Utak-atik Payudara Dengan Silikon

Berita paling anyar, kita membaca tentang kematian seorang gadis sehabis payudaranya disuntik entah apa di sebuah salon kecantikan. Apa yang salah dengan suntikan yang dilakukan bukan oleh orang medis itu, dan apa sajakah cara aman memperindah payudara?
Semua wanita risau kalau payudaranya tampak tak elok. Satu yang wanita anggap payudaranya paling tak elok, yaitu kalau buah di dadanya tak cukup montok. Sayangnya, secara medis tidak bisa apa saja diperbolehkan menyumpalnya sekiranya payudara dikesankan pemiliknya kelewat mungil.

Dulu, nenek saya konon suka menyumpal kutangnya dengan popok bayi atau kain gombal supaya dadanya tetap kelihatan gempal, Namun, tentu bukan itu yang dimaksud oleh kemauan mata lelaki pada istrinya ketika sedang berdua saja di kamar tidur.
Buat mata lelaki, payudara yang di balik busana tampak gede selalu perlu dicurigai belum tentu berarti sesungguhnya bernas kalau sudah dibuka semuanya, termasuk bila di balik bra masih diisi oleh sungkup spon nan empuk.

Rangkaian Percobaan
Sebelum silikon (dimethylpolysiloxan) ditemukan sekitar tahun 1960-an, orang memakai gajih yang diambil dari bagian tubuh lain untuk mengganjal payudara yang kurang subur. Seperti mengisi kapuk bantal, dengan cara begitu gajih dipasakkan ke dalam buah dada.
Mulai tahun 1963 selain cara menginjeksikan silikon, dipakai juga bahan parafin (semacam oli) untuk memperbesar payudara. Namun, semua cara itu selain berbahaya, tak memuaskan kalau untuk jangka lama.

Cara menginjeksi payudara, betapa aman pun bahan yang disuntikkan, dan dilakukan oleh yang berkompeten, jelek komplikasinya. Bahan yang tak cocok, udara, atau lemak yang terjebak, kemungkinan berisiko memasuki aliran darah, berpotensi menimbulkan sumbatan lokal pada pembuluh atau kelenjar, selain kemungkinan menyumbat pembuluh darah vital sebagai emboli. Kemungkinan itu yang menjadi penyebab kematian akibat suntikan di payudara.

Baru kemudian pada tahun yang sama ditemukan gel silicone implant (kantong berisi silikon) yang disisipkan ke dalam jaringan payudara. Lalu, pada tahun 1965 ditemukan saline implant (kantong berisi larutan garam faali) dan seterusnya pernah dicoba pula bermacam-macam bahan implan, termasuk jenis bahan yang bertekstur. Belakangan, kolagen, bahan yang sama tabiatnya dengan silikon yang bersifat tidak ditolak tubuh, dicoba juga. Namun, masih belum jelas apa kolagen sudah diterima FDA (Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS).

Sejak tahun 1995 masih terus dicoba pemakaian kantong minyak kedelai untuk membentuk payudara yang lebih sensual. Namun, sejak 1988 setelah bahaya kanker pada pemakai silikon simpang siur di tengah masyarakat, silikon oleh FDA diterima secara medis, sekaligus membuktikan bahwa silikon aman dipakai. Kemudian pada tahun 2003 gel silicone implant diterima FDA. Selain yang lama, kini muncul pula jenis kantong gel silicone implant baru (cohessive silicone gel), jenis implan yang tahan robek dan tahan pecah, menjanjikan mampu membentuk payudara siapa saja, termasuk yang punya nenek-nenek, di mata semua lelaki bisa kelihatan lebih alami dan menggoda

Tak Lagi Disuntik
Jadi, berarti semua cara suntik-menyuntik payudara tidak lagi dianjurkan, betapa aman pun bahan yang akan disuntikkannya. Apalagi kalau bahannya masih diragukan efek keamanannya di mata medis.

Di AS, lebih 3 ribu wanita mengisi payudaranya atau 18 orang setiap tahunnya memilih pakai gel silicone. Selain aman, tidak ditolak tubuh, gel silicone bahkan mampu merangsang pembentukan kantong jaringan penyangga.
Namun, apa pun cara dan pilihan bahannya, perlu dilakukan oleh tangan ahli. Selain soal teknik, ada hal medis lain yang perlu diperhatikan, yang tak seluruhnya dikuasai oleh bukan orang medis.

Banyak pantangan, apa yang harus dilakukan pasca pemasangan kantong silikon, latihan apa yang perlu dilakukan, dan dalam kondisi seperti apa perlu nasihat dokter. Bisa membahayakan kalau caranya menyalahi aturan medis atau menyuntik payudara entah dengan bahan apa. Harga bahan kolagen sendiri Rp 200 ribu/cc dan membutuhkan ratusan cc buat mengisi kedua payudara, sehingga kalau hanya membayar beberapa juta rupiah saja, pasti bukan kolagen bahannya. Mungkin minyak atau oli entah apa. Bahan silikon sendiri sudah tidak disuntikkan. Upaya memperelok payudara tentu bukan cuma mengisi dan menyumpalnya dengan sesuatu saja. Selain operasi memasang kantong gel silikon, kolagen, minyak kedelai, atau apa saja yang dianggap aman, ada beberapa cara lain yang sama amannya.
Operasi mastopexy misalnya, dapat menengadahkan kembahi payudara (breastlift) yang sudah lama menggelantung kayak pepaya di pohon. Selain itu ada juga cara merekonstruksi struktur payudara (breast-reconstruction) kalau bentuknya sudah kalang kabut.
Jenis operasi plastik payudara pun banyak ragamnya, sesuai dengan permintaan. Bedah plastik untuk payudara yang besar sebelah misalnya, atau yang putingnya kurang sexy selain yang ukurannya tergolong substandar.

Kepekaan Hilang
Namun, saya kira jauh lebih bijaksana kalau setiap wanita, istri khususnya, menanyakan terlebih dahulu kepada suami atau calon suami, seperti apa seleranya terhadap payudara.
Tak perlu terburu-buru langsung memperbesarnya kalau ternyata selera pasangan hidup kita cukup terpikat pada tipe yang mungil, bernas, dan mengkal di pohon itu.

Perlu diingat, bagaimanapun canggih dan dinginnya tangannya dokter membedah plastik seonggok payudara, tidak selalu memberi hasil seindah aslinya. Bukan mustahil banyak suami menjadi tidak berselera lagi lantaran payudara istrinya yang sudah direparasi berubah menjaditidak alami lagi. Tidak semua payudara yang sudah diisi kantong gel silikon atau saline boleh seenaknya diapa-apakan, kecuali cuma dipandang doang, sekalipun oleh pihak yang berhak. Apa untungnya bagi suami kalau payudara cuma elok buat dipandang tanpa boleh memacam-macaminya. Salah satu komplikasi breast augmentation atau pengisian payudara dengan bahan-bahan tertentu bisa berisiko berkurang atau hilangnya sensasi rasa alias payudara menjadi tidak peka merasakan ada rangsangan lagi.

Kita tahu, payudara merupakan salah satu organ erogenous zone tinggi, area tubuh wanita dengan kepekaan rangsang yang tinggi. Sayang apabila pada wanita bertipe erogenous zone terletak di payudara, kepekaan rangsang payudaranya menurun atau hilang sama sekali sehabis direparasi yang tadinya dimaksudkan demi cita-cita lebih memikat (kembali) selera seks suami. Dan kehilangan kepekaan merasakan itu tak mungkin dikoreksi dengan cara apa pun, kecuali suami barangkali berisiko untuk berpaling mencari sosok semontok Dolly Parton.

Oleh karena itu, arifnya janganlah macam-macam dengan payudara Anda, apalagi ke salon sembarangan, sekiranya betul selera seks suami terhadap istri masih belum berubah dalam kondisi seksual "pandangan hidup", yakni suami yang begitu memandang ia masih "hidup".

Oleh Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum. KOMPAS

Tidak ada komentar:

Bila Jodoh tak Kunjung Datang

Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Garis hidup setiap orang berbada. Sesuatu yang diharapkan kadang hanya tinggal kenangan. Sebaliknya yang tak diharapkan justru datang lebih awal. Jodoh, adalah hal yang cukup pelik bagi sebagian orang. Tapi jangan larut dalam kegalauan, teruslah mencari solusi. www.geloracinta.com bisa jadi solusi untuk Anda. Simak dengan segenap kejujuran.

www.geloracinta.com